Abu SyTa Acowahyudiefendi
barakallah.....salut......#sekedar bertanya bang.... bukankah dengan
tafakur kita melakukan lelaku untuk me"rasa" kan?supaya kita bs tahu
sewaktu ketika seseorang bercerita mengenai pedasnya cabe...qt sudah
haqulyaqin akan "rasa" sicabe...mhn penjelasan bang....
========================================
Tafakur berlaku bagi sesuatu yang bisa dicerna akal seperti perihal
pedasnya cabe itu, akal bisa mengerti mengapa menjadi pedas, bahkan bisa
menyelidiki zat apa yg terkandung dalam cabe yg membuatnya pedas.
Namun tentang Allah, DIA tak akan bisa digapai oleh akal, sebab akal
adalah sesuatu yang baru, yang baru tak bisa digunakan memahami yang
qodim (terdahulu). yang qodim haruslah difahami dengan yang qodim.
Satu2nya yang qodim dari diri manusia, adalah "TIADA
BERPENGETAHUAN/TIDAK TAHU". "TIDAK TAHU" itu adalah qodim (terdahulu)
dan awal dari segala pengetahuan/ilmu. Karenanya TUHAN itu hanya bisa
dijangkau dengan "KETIDAKTAHUAN".
Maka siapa yang memahami
"ketidak tahuannya" akan memahami TUHANNYA. Ketika engkau tiada
berpengetahuan itulah, engkau menemukan kenyataan dan pemahaman yang
benar bahwa Allahlah yang Maha Mengetahui. Ketika engkau tiada memiliki
daya upaya itulah engkau memahami bahwa Allahlah yang Menguasai segenap
daya upaya.
Demikianlah engkau hanya bisa mengenali Sang Maha Tahu, melalui Sang Maha Tidak Tahu.
Tafakur akan TuHAN hanya akan menambah kebodohanmu.......
barakallah.....salut......#sekedar bertanya bang.... bukankah dengan tafakur kita melakukan lelaku untuk me"rasa" kan?supaya kita bs tahu sewaktu ketika seseorang bercerita mengenai pedasnya cabe...qt sudah haqulyaqin akan "rasa" sicabe...mhn penjelasan bang....
========================================
Tafakur berlaku bagi sesuatu yang bisa dicerna akal seperti perihal pedasnya cabe itu, akal bisa mengerti mengapa menjadi pedas, bahkan bisa menyelidiki zat apa yg terkandung dalam cabe yg membuatnya pedas.
Namun tentang Allah, DIA tak akan bisa digapai oleh akal, sebab akal adalah sesuatu yang baru, yang baru tak bisa digunakan memahami yang qodim (terdahulu). yang qodim haruslah difahami dengan yang qodim. Satu2nya yang qodim dari diri manusia, adalah "TIADA BERPENGETAHUAN/TIDAK TAHU". "TIDAK TAHU" itu adalah qodim (terdahulu) dan awal dari segala pengetahuan/ilmu. Karenanya TUHAN itu hanya bisa dijangkau dengan "KETIDAKTAHUAN".
Maka siapa yang memahami "ketidak tahuannya" akan memahami TUHANNYA. Ketika engkau tiada berpengetahuan itulah, engkau menemukan kenyataan dan pemahaman yang benar bahwa Allahlah yang Maha Mengetahui. Ketika engkau tiada memiliki daya upaya itulah engkau memahami bahwa Allahlah yang Menguasai segenap daya upaya.
Demikianlah engkau hanya bisa mengenali Sang Maha Tahu, melalui Sang Maha Tidak Tahu.
Tafakur akan TuHAN hanya akan menambah kebodohanmu.......